ULD UBM Gorontalo Segera Terbitkan Buku Panduan Dosen untuk Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

🗓️ 15 Nov 2024 • ✍️ Hariyanto S. Auna

Unit Layanan Disabilitas (ULD), Universitas Bina Mandiri (UBM) Gorontalo, dalam waktu dekat akan segera menerbitkan Buku Panduan bagi Dosen untuk memberikan layanan pembelajaran bagi mahasiswa berkebutuhan khusus (disabilitas).
 

Hal ini diungkapkan Kepala ULD UBM Gorontalo, Dr. Imam Mashudi, M.Pd. Sabtu, 16 November 2024.

 

Menurut doktor pendidikan tersebut, Buku panduan ini nantinya akan menjadi sebuah pedoman bagi dosen yang masih terkendala untuk menyampaikan materi pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas.

"Berdasarkan pengelompokkannya ada 4 yaitu tuna rungu, tuna netra, tuna wicara dan tuna daksa, sehingga pemanfaatan fasilitas dan metode yang digunakan pun akan berbeda, seperti penggunaan bahasa isyarat, pemanfaatan tongkat dan e-braile, serta kursi roda untuk beraktivitas", terang Dr. Imam.

Dr Imam juga mengungkapkan buku panduan ini rencananya akan terbit di minggu kedua bulan Desember 2024 nanti, yang isinya membahas penerimaan mahasiswa baru, kompetensi lulusan, isi pembelajaran, proses belajar mengajar, penilaian, dan pengelolaan untuk mahasiswa berkebutuhan khusus.

Karena beberapa dosen yang tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus, pada saat berhadapan dengan mahasiswa disabilitas akan terjadi gap atau ketidaknyamanan.

"Nantinya pada saat proses pembelajaran di kelas, teman-teman Dosen sudah memiliki panduan untuk memberikan layanan pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas, terutama saat memberikan tugas, tidak bisa disamakan dengan mahasiswa yang lainnya, diperlukan pemberian tugas yang setara pembobotan nilainya, namun disesuaikan dengan hambatan yang ada. Terlebih di Kampus UBM Gorontalo sudah ada Unit Layanan Disabilitas (ULD), dan merupakan satu-satunya Layanan yang ada di Perguruan Tinggi Wilayah Kerja LLDIKTI XVI, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah"ungkapnya.

Terkait ULD tersebut, nanti akan dikembangkan beberapa fasilitas dan sarana prasarana penunjang lainya.

Yang terpenting adalah peran dari peer volunteer untuk dapat memberikan pendampingan kepada mahasiswa disabilitas.

Saat ini ada 4 (empat) orang peer volunteer yang dipasangkan untuk mendampingi, dan mereka memiliki pengalaman sebelumnya terhadap keluarga atau orang terdekat, serta memiliki panggilan hati untuk aktif bersama mahasiswa yang memiliki hambatan, sehingga dapat beraktivitas dan kuliah bersama-sama.

"Peran dari Peer Volunteer yang dengan ikhlas dan mendampingi mahasiswa disabilitas, memberikan penguatan dan rasa percaya diri yang baik di awal masuk selama masa adaptasi mobilitas, sampai saat ini sudah ada 2 (dua) orang mahasiswa disabilitas yang sudah mandiri dalam melakukan aktivitas dan proses perkuliahan di Kampus. Serta harapan ke depan nanti, bukan hanya di Prodi Pendidikan Khusus dan Teknologi Pendidikan saja, namun seluruh Prodi yang ada di UBM Gorontalo dapat di isi oleh mahasiswa disabilitas yang ingin melanjutkan studi dan mengejar cita-cita yang diinginkannya", tutup Dr. Imam. (*/ais)